Description
Berbicara tentang pendidikan, maka kita akan berbicara juga tentang adab. Tengoklah bagaimana dulu para ulama belajar adab. Imam Malik raḥimahullāh pernah berkata, “Dulu ibuku menyuruhku untuk duduk bermajelis dengan Rabi’ah Ibnu Abi ‘Abdirraḥman (masyhur pula dengan sebutan Rabi’ah Ar-Ra’yi ibn Farrukh, ahli ḥadiṡ generasi tabi’in yang paling disegani saat itu). Ibuku berkata,
تَعْلَمَ مِنْ أَدَبِهِ قَبْلَ عِلْمِهِ
“Pelajarilah adab darinya sebelum mengambil ilmunya.”
Betapa banyak orang tua yang menginginkan anak-anaknya baik dan berkembang menjadi pribadi mulia. Namun, mereka sendiri tidak memperhatikan pendidikan anak ketika di rumah. Mereka merasa telah membeli sekolah dan gurunya dengan uang bulanan. Seolah-olah sudah terlalu banyak memberi. Padahal sejatinya memasukkan anak ke sekolah atau pondok pesantren adalah memohon kerelaan para guru untuk turut mendidik anak. Di samping itu, tetap harus ada pendampingan dari orang tua sendiri untuk memberikan dan mengajarkan kepada anak tentang adab, jadi bukan hanya tugas guru saja.
Orang tua harus memahami bahwa fasilitas itu penting, tetapi hakikat pondok pesantren bukan pada fungsi pondok (فندق) yang berarti penginapan, melainkan pada proses belajar membentuk diri alias menjadi santri. Maka perhatikan pula kelurusan aqidah dan benarnya ilmu agar tidak justru menjadi rusak, melalui tugas orang tua yang juga sebagai pendidik untuk anaknya.
Tentu sebagai orang tua, cara menjadi pendidik bagi anak-anaknya adalah suatu hal yang harus dipahami agar kelak dapat membimbing anaknya dan keluarganya menuju kebaikan. Panduan menjadi pendidik dapat ditemukan dalam buku, Panduan Mulia Sang Pendidik. Mari cari tahu lebih banyak lagi tentang menjadi pendidik yang mulia dalam buku, Panduan Mulia Sang Pendidik! Selamat membaca!
Reviews
There are no reviews yet.